How to Train Your Dragon (2025) menjadi salah satu film paling dinanti tahun ini, menandai debut DreamWorks Animation dalam ranah live-action setelah kesuksesan trilogi animasinya. Disutradarai oleh Dean DeBlois—sutradara dan penulis trilogi animasi—film ini merupakan remake dari film animasi 2010 yang diadaptasi dari novel karya Cressida Cowell.
Cerita yang Familiar, Visual yang Lebih Hidup
Film ini tetap setia pada kisah aslinya: Hiccup, remaja Viking dari desa
Berk, berusaha membuktikan dirinya di tengah tradisi berburu naga. Namun,
alih-alih membunuh naga Night Fury yang ia tangkap, Hiccup justru memilih untuk
membebaskannya. Dari sinilah
terjalin persahabatan unik antara Hiccup dan Toothless, yang perlahan mengubah
pandangan warga Berk terhadap naga.
Meskipun alur cerita tidak banyak berubah dari versi animasi, versi
live-action menghadirkan pengalaman visual yang jauh lebih imersif. CGI yang
digunakan untuk menghadirkan para naga, terutama Toothless, mendapat pujian
luas karena tampil sangat realistis dengan tekstur kulit, ekspresi, dan
pergerakan yang meyakinkan. Mata hijau Toothless kini tampak lebih nyata,
berbeda dari versi animasi yang lebih kartun.
Perbedaan dengan Versi Animasi
Beberapa perbedaan utama antara versi live-action dan animasi antara lain:
- Visual
Toothless: Desain
Toothless di live-action memiliki tekstur dan detail yang lebih nyata,
membuatnya tampak seperti makhluk hidup sungguhan, bukan hanya karakter
animasi.
- Nuansa
Cerita: Hubungan
antara Hiccup (Mason Thames) dan ayahnya, Stoick (Gerard Butler), digarap
lebih emosional dan serius, menambah kedalaman drama keluarga Viking ini.
- Tampilan
Karakter: Beberapa
karakter, seperti Gobber, mendapat desain fisik baru yang lebih realistis
dibandingkan versi animasi.
- Teknologi
Efek: Film ini
memadukan CGI dengan efek praktis dan puppetry untuk menciptakan naga-naga
yang tampak nyata di dunia nyata.
Pemeran dan Produksi
Mason Thames memerankan Hiccup, sementara Nico Parker berperan sebagai
Astrid. Gerard Butler kembali sebagai Stoick the Vast, membawa nuansa otentik
dari suara aslinya di animasi ke layar nyata. Proses syuting berlangsung di Belfast, Irlandia Utara, dengan John
Powell kembali mengisi musik latar yang memperkuat nuansa epik dan emosional
film ini.
Momen Ikonik dan Penerimaan
Salah satu adegan paling ikonik, yakni “head touch” antara Hiccup dan
Toothless, digarap ulang secara emosional dan menjadi “jantung” film ini. Adegan
tersebut menandai awal persahabatan dan perubahan besar di desa Berk.
Film ini mendapat sambutan hangat dari kritikus dan penonton, dipuji
sebagai adaptasi live-action yang tidak hanya setia pada sumber aslinya, tetapi
juga mampu menghadirkan pengalaman baru yang lebih mendalam dan spektakuler. Dengan
pendapatan global mencapai $360 juta dan rencana sekuel di tahun 2027,
franchise ini kembali membuktikan pesonanya lintas generasi.
0 Komentar