Pesawat Air India Boeing 787 "Terjun Bebas", Ini Kata Analis Penerbangan Soal Penyebabnya!


Dunia penerbangan kembali dihebohkan dengan insiden turbulensi parah yang menimpa sebuah pesawat Boeing 787 Dreamliner milik maskapai Air India. Peristiwa ini menyebabkan kepanikan di antara penumpang dan sejumlah orang mengalami luka-luka. Insiden ini pun langsung menjadi sorotan para analis penerbangan untuk mengkaji kemungkinan penyebabnya.

Pesawat dengan nomor penerbangan AI-173 tersebut sedang dalam perjalanan dari Delhi, India, menuju Sydney, Australia. Di tengah penerbangan, pesawat tiba-tiba mengalami turbulensi ekstrem yang membuat beberapa penumpang terlempar dari kursi mereka.

Kronologi Singkat Insiden

Menurut laporan, insiden turbulensi terjadi secara tiba-tiba dan sangat kuat. Guncangan hebat menyebabkan beberapa penumpang yang tidak mengenakan sabuk pengaman terangkat dari kursinya dan membentur langit-langit kabin pesawat. Akibatnya, setidaknya tujuh orang penumpang dilaporkan memerlukan perawatan medis setelah pesawat berhasil mendarat darurat.

Video dan foto yang beredar pasca-insiden menunjukkan beberapa kerusakan minor di bagian dalam kabin, mengindikasikan betapa kuatnya guncangan yang terjadi. Para kru kabin dan penumpang lain segera memberikan pertolongan pertama kepada mereka yang terluka.

Kata Analis Penerbangan

Menanggapi insiden ini, sejumlah analis penerbangan angkat bicara. Salah satunya adalah Mark Ross, seorang analis keselamatan penerbangan veteran. Menurutnya, insiden seperti ini, meskipun menakutkan, seringkali tidak mengindikasikan adanya kerusakan pada pesawat.

"Turbulensi parah, terutama Clear Air Turbulence (CAT) atau turbulensi udara cerah, bisa terjadi tanpa peringatan visual apa pun seperti awan badai," ujar Ross. "Pilot mungkin hanya memiliki beberapa detik untuk bereaksi. Inilah mengapa anjuran untuk selalu mengenakan sabuk pengaman saat duduk sangatlah vital."

Ross menjelaskan bahwa pesawat modern seperti Boeing 787 Dreamliner dirancang untuk menahan guncangan yang jauh lebih ekstrem dari yang biasa dialami. Struktur sayap dan badan pesawat memiliki fleksibilitas tinggi untuk menyerap tekanan akibat turbulensi.

"Fokus utama dalam investigasi insiden semacam ini biasanya bukan pada kelayakan terbang pesawat, melainkan pada prosedur operasional dan meteorologi. Apakah ada data cuaca yang terlewat? Apakah peringatan untuk mengenakan sabuk pengaman sudah disampaikan dengan efektif?" tambahnya.

Analis lain, Sarah Johnston, menyoroti pentingnya data dari Flight Data Recorder (FDR) dan Cockpit Voice Recorder (CVR) atau kotak hitam.

"Data dari kotak hitam akan memberikan gambaran yang sangat jelas. Kita bisa melihat perubahan ketinggian yang drastis, kecepatan udara, dan tindakan apa yang diambil oleh pilot. Dari rekaman suara kokpit, kita juga bisa mendengar komunikasi antara pilot dan kru serta dengan pemandu lalu lintas udara (ATC)," jelas Johnston.

Baik Ross maupun Johnston sepakat bahwa terlalu dini untuk menyimpulkan penyebab pasti. Namun, kemungkinan besar insiden ini disebabkan oleh fenomena cuaca ekstrem yang sulit diprediksi, bukan karena kegagalan mekanis pada pesawat Boeing 787 Dreamliner itu sendiri. Investigasi resmi oleh otoritas penerbangan India dan Australia akan menjadi penentu akhir dari penyebab insiden ini.

(Sumber: Tempo.co)

0 Komentar